Thursday, November 26, 2015

Politeknik Pusmanu Jadi Pilot Proyek Technopreneurship BPPT

Dari sekian banyak perguruan tinggi di Jawa Tengah, Politehnik Pusmanu Pekalongan terpilih menjadi pilot proyek Technopreneurship (kewirausahaan berbasis teknologi) oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Demikian disampaikan Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Tatang A. Taufik usai membuka acara technopreneurship di kampus setempat, Rabu (21/10). “Setahun BPPT dengan Politehnik Pusmanu sudah melakukan pembicaraan untuk melakukan kerjasama. Kini, kerjasama bisa direalisasikan, dengan ditandai peresmian Pusat Inovasi (PI) di Pusmanu,” ujarnya.
Dengan kegiatan technopreneurship, sambung Tatang, diharapkan lulusan Pusmanu menjadi calon-calon teknopreneur. “Jadi mahasiswa Pusmanu, kami edukasi, kasih keterampilan, beri wawasan tentang bagaimana mengembangkan bisnis, bagaimana menyiapkan dokumen rencana bisnis, dan sebagainya,” ungkapnya.
Dengan pendidikan technopreneurship itu, sambung Tatang, lulusan Pusmanu memiliki kemampuan ‘lebih’ dibanding lulusan perguruan tinggi lainnya. “Lulusan Pusmanu bisa langsung menciptakan lapangan pekerjaan. Karena sekarang ini, banyak sarjana yang bercita-cita menjadi PNS, atau pekerja kantoran. Padahal, harusnya bisa berbuat lebih.”
Tatang mengaku, sudah menjalin kerjasama dengan 12 perguruan tinggi di Indonesia. Kedepan, ia berharap semua perguruan tinggi memiliki pola pikir yang sama, untuk tidak berorientasi sebanyak-banyaknya meluluskan sarjana, tetapi mulai berpikir untuk membekali mahasiswanya dengan skill Technopreneurship.
Sementara itu, Direkur Politeknik Pusmanu, Mujiyono SE MM menyambut baik dan sangat mendukung diadakannya program kurikulum technopreneurship yang digagas BPPT. “Kami sangat mengapresiasi langkah BPPT dalam mengagas kurikulum technopreneurship yang akan diterapkan di Politehnik Pusmanu untuk menuju kampus entrepreneurial. Pusmanu siap menjadi kampus pertama yang akan menerapkan kurikulum technopreneurship,” tegasnya.
Mujiyono menyampaikan, kesiapan dan menunjuk P3M Politeknik Pusmanu sebagai leading sector Pusat Inovasi (PI) dan Fakultas Teknik Batik sebagai leading sector Kurikulum Technopreneurship. “Kami harapkan dengan kerjasama BPPT ini, bisa memberi jawaban atas masalah minimnya lulusan perguruan tinggi bisa berwirausaha. Karena Politeknik Pusmanu mampu menciptakan wirausaha yang handal,” ungkapnya.
Mujiyono berharap dengan adanya kerjasama BPPT dan Politehnik Pusmanu melalui program kurikulum technopreneurship diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide-ide kreatif, merancang, membuat dan mengembangkan bisnis yang didasarkan pada materi-materi kuliah yang dipelajarinya. “Jika kurikulum technopreneurship dapat diterapkan di perguruan tinggi maka orientasi mahasiswa ketika mereka telah lulus tidak lagi pada pencarian kerja, tetapi pada penciptaan lapangan kerja berdasarkan ide-ide kreatif yang telah mereka pikirkan dan formulasikan sejak di bangku kuliah,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kurikulum technopreneurship sangat tepat dikembangkan di perguruan tinggi. Mengingat bahwa technopreneur berbeda dengan enterprener. Bila enterprener didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan, memanajemen dan mengambil risiko dari suatu bisnis. Maka technopreneur didefinisikan sebagai seorang enterpreneur yang dalam bisnisnya melibatkan inovasi teknologi. Penggunaan inovasi teknologi inilah yang menjadi keunggulan perguruan tinggi untuk mengembangkan technopreneurship.










0 comments

Post a Comment

"Terima kasih telah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar"